Mengenal Hikayat Aceh: Warisan Sastra yang Menjadi Pusaka Budaya di Perpustakaan Nasional

Foto Hikayat Aceh di gedung Perpustakaan Nasional Indonesia
gambaran kehidupan masa Kerajaan Samudera Pasai

Hikayat Aceh, sebuah maha karya sastra yang memuat kisah kejayaan Kesultanan Aceh, kini dapat dijumpai di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Naskah ini tidak hanya menjadi bagian dari warisan budaya Aceh, tetapi juga merupakan salah satu naskah klasik Nusantara yang mengandung nilai-nilai keislaman dan sejarah penting.

Bacaan Lainnya

 

 

Hikayat Aceh menggambarkan kehidupan dan kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, raja Aceh yang berhasil membawa kerajaan tersebut ke puncak kejayaan pada abad ke-17.

Skrip Asli Hikayat Aceh yang berada Di Indonesia

Selain mengisahkan kehidupan Sultan Iskandar Muda, Hikayat Aceh juga menceritakan asal-usul Kesultanan Aceh, termasuk kelahiran dan masa kecil Sultan, serta keberhasilannya dalam politik dan ekspansi wilayah.

 

 

 

 

SULTAN ISKANDAR MUDA

Naskah ini menyoroti bagaimana Aceh menjadi pusat keagamaan dan perdagangan, serta bagaimana kekuasaan Sultan Iskandar Muda mampu menaklukkan hampir seluruh Sumatera dan sebagian wilayah yang kini dikenal sebagai Malaysia.

Keberhasilan ini melanjutkan pencapaian kakeknya, yang membawa Kesultanan Aceh ke puncak kejayaannya.

 

Hikayat Aceh juga merupakan naskah  sastra kuno yang istimewa karena ditulis dalam tradisi kesusastraan Islam, menunjukkan eksistensi budaya Islam yang kuat di wilayah tersebut. Naskah ini menjadi salah satu dari sedikit manuskrip kuno yang masih tersisa dan hanya terdapat di tiga tempat: dua di Universitas Leiden, Belanda dengan kode manuskrip Cod.Or 1945 dan Cod.Or 1983, dan satu di Perpustakaan Nasional Indonesia dengan kode KGB.41 Mal. Upaya untuk melestarikan naskah ini telah dilakukan dengan baik, termasuk melalui digitalisasi, yang memungkinkan akses yang lebih luas tanpa merusak naskah aslinya.

 

Perpustakaan Nasional, sebagai institusi pelestari pendidikan dan kebudayaan, memainkan peran penting dalam menjaga keberadaan Hikayat Aceh. Selain itu, perpustakaan ini juga berfungsi sebagai sarana edukasi bagi generasi muda untuk mengenal lebih dekat sejarah dan nilai-nilai budaya Aceh.

Melalui program literasi dan pameran, Perpustakaan Nasional berusaha meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya melestarikan warisan budaya Indonesia.

Tidak heran jika Komite Nasional Memory of the World (MoW) Indonesia, bekerja sama dengan Belanda, mengajukan Hikayat Aceh sebagai salah satu ingatan dunia yang teregistrasi di MoW UNESCO. Pengakuan ini akan semakin mengukuhkan pentingnya Hikayat Aceh sebagai bagian dari warisan budaya tidak hanya nasional tetapi  global, yang harus dijaga dan dihargai oleh seluruh umat manusia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *