Hallo Sobat Justitia.id sebagai salah satu provinsi di Indonesia Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki banyak masjid yang menjadi pusat kehidupan keagamaan dan sosial masyarakat setempat.
Masjid-masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial, pendidikan, dan kebersamaan. Arsitektur masjid di NTB mencerminkan perpaduan budaya lokal dengan nuansa Islam yang kuat, menjadi simbol persatuan dan komitmen masyarakat terhadap agama.
Berikut ini deretan nama-nama masjid beserta sejarahnya yang ada dibeberapa tempat di provinsi Nusa tenggara Barat:
1.Masjid Kamina(Kabupaten Bima)

Masjid bercorak Kuno dan Unik ini terletak 75 km dari Kota Bima Tepatnya di Desa Kalodu,Kecamatan Langgudu,Masjid inilah yang menjadi Cikal Bakal Kejayaan Islam di Tanah Bima sebelum Indonesia Merdeka,Masjid ini dibangun Putra mahkota Kerajaan Bima bernama La’Kal (Sultan Abdul Kahir) Pada 1621 M dan dinyatakan sebagai situs warisan kebudayaan Islam masa lampau.
2.Masjid Agung Baiturrahman (Dompu)
Masjid yang pertama dibangun pada tahun 1952 ini berdiri diatas lahan dengan luas 6000 meter persegi dengan status SHM,adapun luas bangunan 1250 meter persegi,
sejak pertama berdiri hingga sekarang masjid ini telah mengalami perpindahan dan perubahan bentuk sebanyak 4 kali dan memiliki letak strategis yakni di sekitar jalan Jenderal Sudirman wilayah Kelurahan Karijawa,Kecamatan Dompu,Masuknya islam di Dompu pertama kali buka pada abad XV, tetapi pada abad XVII.
Pembawa islam pertama kali ke Dompu pad abad XVII adalah Datu Di Tiro dan Datuk Di Banda. Utusan Raja Goa yang dikirim ke Dana Mbojo (Bima) dan Dompu untuk menyiarkan islam. Dakwah islamiyah yang dilakukan oleh kedua Datuk tersebut berjalan dengan aman dan tanpa paksman. Dakwah islamiyah itu dapat meyentuh seluruh masyarakat baik masyarakat bangsawan maupun masyarakat biasa, sehingga dapat menjilmakan kerajaan isiem Dompu. Dengan berdirinya kerajaan Dompu, maka besar sekali pengaruhnya dalam perkembangan islam di Dompu. Bahwa islam men punyai pengaruh dalam perubahan-perubahan masyarakat di Dompu sehingga kehidupan dan kebudayaan Dompu bercorak islam.
3.Masjid Agung Nurul Huda(Sumbawa Besar)
Masjid Agung Nurul Huda yang kini berdiri megah di pusat Kota Sumbawa Besar, dulunya semasa kami kecil lebih dikenal dengan sebutan Masjid Jami’ atau Masjid Makam. Masjid yang merupakan Masjid Kesultanan Sumbawa ini berdiri bersebelahan dengan Istana Kesultanan Sumbawa, Istana Tua “Dalam Loka”.
Sebagai Masjid Kesultanan, Masjid Agung Nurul Huda dibangun di dalam komplek istana Dalam Loka Kesultanan Sumbawa.
Posisi masjid Agung sendiri berada di sebelah barat bangunan istana Dalam Loka, dengan pintu utama masjid menghadap langsung ke istana Dalam Loka dan tidak menghadap ke jalan raya.
Dalam sejarahnya masjid ini sudah ada sejak tahun 1648 M seiring dengan berdirinya Kesultanan Sumbawa walaupun masit dalam bentuk yang sangat sederhana, namun demikian kejadian luar biasa meletusnya gunung Tambora pada tahun 1885 silam telah menyebabkan kesultanan kehilangan dokumen yang bisa menjadi rujukan sejarah bagi masjid ini.
4.Masjid Al-Raisiyah/Masjid Bengak(Mataram)
Masjid Al-Raisiyah – Kota Mataram atau lebih dikenal dengan sebutan Masjid Bengak berdiri kokoh diantara perkampungan warga di Sekarbela, Kelurahan Karang Pule, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Masjid yang dibangun diatas lahan seluas 10 hektar. merupakan peninggalan tokoh Islam bernama Gaus Abdul Razak yang hidup pada abad ke 17 Masehi.
Kata ‘Bengak” yang melekat pada nama masjid ini, dalam bahasa setempat berarti “heran”.
Dalam perjalanan sejarah masjid ini disebutkan bahwa, pada masa awal penyebaran Islam di Kawasan tersebut merupakan daerah yang sulit untuk mendapatkan air bersih. Sampai suatu hari pada saat Gaus Abdul Razak sedang memimpin pengajian di masjid tersebut yang kala itu masih berupa bangunan yang sangat sederhana, tiba-tiba keluar air deras dari dalam tanah. Masyarakat ter-“heran heran” dengan kejadian tersebut. Keajaiban air yang berlimpah telah menyadarkan masyarakat setempat dan memeluk Islam.
Meski modern, Masjid tersebut tetap memiliki sejarah. Mimbarnya dihiasi oleh ukiran kayu ipil berwarna hitam setinggi 20 meter yang diukir dengan kaligrafi Surat Al- Jum’ah. Kayu tersebut diperkirakan berusia 100 tahun lebih. Kayu itu merupakan salah satu peninggalan sejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh. Masjid Bengak itu, merupakan Masjid tertua di Kota Mataram. Keberadaan Masjid itu menggambarkan kehidupan masyarakatnya yang Islami. Tidak jauh dari Masjid tersebut berdiri Pondok Pesantren yang didirikan oleh Tuan Guru Haji Muhammad Rais.
5.Masjid Karang Bayan(Lombok Barat)
Masjid Kuno Karang Bayan, merupakan salah satu obyek bersejarah bagi masyarakat Desa Karang Bayan, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok barat. Bukti peninggalan itu, saat ini menjadi obyek wisata reliji, namun sayang di lokasi ini masih minim fasilitas penunjang.
Masjid ini uniknya juga dibangun di atas sebuah bukit kecil, dan tidak dapat dielakkan lagi bahwa kondisi bangunan masjid Karang Bayan ini memang sangat sederhana, seperti dindingnya terbuat dari anyaman bambu serta untuk tiangnya sendiri itu dibuat dari kayu, adapun untuk atapnya itu dibuat juga dari bambu serta serabut ijuk pohon nira atau enau. Untuk atap masjid ini sendiri juga unik, tampak seperti prisma yang indah. Dan untuk bagian dalam masjid sendiri masih terdapat sebuah bedug lama yang digantung
Berdasarkan sejarah yang diyakini pemerintah, bahwa masyarakat yang mendiami lokasi di sini dan datang pertama kali di tempat ini adalah penduduk yang berasal dari Bayan Lombok Utara. Mereka disebutkan juga telah melakukan “peletakan Batu Bara” atau dikenal dengan nama bangara, yaitu sebuah tanda yang mereka beri sebagai pengenal telah didirikannya Kampung Karang Bayan. Hingga kemudin, di dirikanlah sebuah masjid disana yang ditujukan sebagai tempat peribadatan para sasepuh maupun para tokoh agama yang ketika itu memang memeluk kepercayaan “wetu telu”.
6.Masjid Rambitan(Lombok Tengah)
Masjid Rambitan adalah salah satu cagar budaya yang terletak di Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Masjid ini diperkirakan berdiri di akhir abad ke-16.
Masjid ini termasuk dalam empat masjid yang disebut dan diklaim sebagai masjid kuno Sasak.
Hal ini dikarenakan keempatnya (masjid Rambitan Lombok Tengah, masjid Gunung Pujut Lombok Tengah, masjid SongakA Lombok Timur dan Masjid Bayan Beleq Lombok Utara, di bawah kaki Gunung Rinjani) menjadi bentuk dasar masjid-masjid di Lombok Semuanya cukup tua dan bersejarah.
Namun Masjid Rambitan memiliki posisi tersendiri yang agak berbeda. Walau sepintas tidak ada perbedaan dengan ketiga masjid lainnya, tetapi jika telisik lebih seksama memiliki beberapa bagian yang relatif lebih partikular Jan utuh. Misalnya, pada puncak atap tumpangnya atau tajuk mangkurat (susunan jagad) dalam perbendaharaan Jawa, terdapat ornamen burung dari kayu yang berukuran sangat kecil.
Ornamen burung kecil, burung perkutut menurut keterangan pengurus masjid Rambitan menunjukkan bahwa masjid ini terkait dengan tokoh tertentu dalam sejarah Islam tradisional di pulau Lombok. Burung Perkutut dalam pengucapan orang Sasak adalah pethuk sehingga terdengar tuthuk yang berarti “penghabisan”.
7.Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB(Mataram)
Masjid Hubbul Wathan (Islamic Center NTB) NTB merupakan masjid yang di bangun di pusat jantung kota tepatnya di Kelurahan Dasan Agung, Kecamatan Selaparang Kota Mataram NTB Indonesia. Masjid yang di resmikan usai sholat Idul Adha 1437 H bertepatan pada hari senin 12 September 2016 ini juga merupakan masjid termegah dan terbesar ke enam di Asia Tenggara setelah masjid Istiqlal Jakarta.
Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB yang di bangun dengan latar menyerupai Arsitektur Timur Tengah ini memiliki beberapa Menara yang memiliki ciri di antaranya Menara 66 dan 99. Jika kita memiliki akses naik ke Menara 99 masyarakat akan melihat pemandangan kota Mataram melalui puncak Menara, apalagi pada malam hari pemandanga: akan lebih indah terlihat di atas masjid jūga terpampang kubah besar yang berdiri tegak.
Demikianlah beberapa Masjid yang menjadi situs warisan sejarah Kebudayaan Islam dan Tempat destinasi wisata Religi Di Provinsi Nusa Tenggara Barat