Jika Trump Terpilih, Berikut Dampaknya bagi Indonesia

Calon presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump semakin terbuka peluangnya untuk menjadi Presiden AS tahun ini. Hal ini berdampak pula terhadap Indonesia khususnya perihal kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI).

Jika Trump terpilih menjadi Presiden AS menggantikan Biden, maka kebijakan-kebijakan yang diambil akan menjadi perhatian pelaku pasar, pebisnis, hingga investor.

Di antaranya yang patut dicermati yakni inflasi dan suku bunga atas hasil dari berbagai kebijakan Trump nantinya.

Pada era Trump, inflasi berada di level yang cukup rendah. Rata-rata tingkat inflasi tahunan di bawah kepemimpinan Trump adalah 1,9%. Inflasi tetap rendah selama kepresidenannya.

Ketika pandemi Covid-19 melanda pada tahun 2020, membawa resesi singkat namun parah, pemerintahan Trump menyatakan keadaan darurat dan mengeluarkan langkah-langkah stimulus seperti Undang-Undang Bantuan, Pemulihan, dan Keamanan Ekonomi Coronavirus senilai US$2 triliun (CARES Act) atau sekitar Rp32,35 kuadriliun dalam upaya untuk memberikan bantuan kepada individu dan bisnis.

Sepanjang empat tahun kepemimpinan Trump, selisih antara suku bunga The Fed dengan BI rate cukup jauh yakni antara 262 basis poin (bps) hingga 437 bps.

Sedangkan rata-rata selisih suku bunga tersebut yakni di angka 355 bps atau 3,55%. Selisih yang lebar ini cukup sulit untuk terulang kembali dalam beberapa bulan mendatang mengingat saat ini saja selisih/delta antara keduanya yakni hanya 75 bps atau 0,75%.

Jadi, Dollar menguat atau melemah ya Justitia Friends? Kita simak artikel selanjutnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *